Minggu pagi saya putuskan untuk pulang kerumah, walaupun sore harinya saya harus sudah kembali ke kehidupan monoton sehari-hari. Bertemu para pengejar mimpi dan para penikmat dunia.
Sesampainya dirumah, saya pun melanjutkan beberapa kegiatan tentunya berurusan dengan komputer. Email dan surfing segala macam info menjadi hal yang secara tak sadar terus berulang-ulang saya lakukan setiap harinya. Monoton bukan?
Selang berbincang dan bertanya kabar dengan mama, saya kembali melanjutkan draft daftar pertanyaan untuk sesi obrolan dengan seorang penulis yang baru-baru ini mengeluarkan sebuah bukunya setelah belum lama mengeluarkan bukunya yang berjudul Cerita Cinta Enrico.
Handphone saya memberikan notifikasi bahwa ada chat yang masuk. Tidak menunggu lama, saya hampiri dan melihat ada pesan masuk dari teman yang berprofesi sebagai wartawan di salah satu stasiun TV swasta nasional.
Berikut obrolannya :
Teman : hai Dek, lagi apa?
Saya : lagi nonton tivi mas, lagi pulang soalnya… Hehe
Teman : oiya, Mas punya buku nih.
Saya : wah, buku apa? Judulnya? Baru?
Teman : Judulnya Dipasena: Kemitraan, Konflik, dan Perlawanan Petani Udang. Seru loh, garapannya spt novel
Saya : oya? Mau baca dong…
Teman : ini masih nunggu kiriman, hehe… Mas aja gak sabar…
Saya : siapa pengarangnya?
Teman : wah mas kurang tahu…
Saya : nanti malam aku mau wawancara sm penulis buku Soegija mas… Hehe
Teman : kereeeeen… Tapi dek, asal kamu tahu, Soegija itu banyak yg dipotong lho.
Saya : emm, dipotong? Filmnya maksud mas? (Saya sempat bingung disini)
Teman : Jgn bilang dari wartawan.
Saya : emm, maksudnya? Aduh gak ngerti… Aku kan wawancara penulis bukunya mas. Bukan penggarap film nya. Jadi yang aku bahas, seputar literaturnya, penulis dan sosok Soegija itu sendiri… (Tambah bingung)
Teman : nih dek, yang wajib kamu tanyakan. Kenapa harus berbeda dibuku dengan di filmnya? Bukankah film itu mengikuti buku?
Saya : tapi kan versi film dan buku itu berbeda mas. Kalau buku, bisa saja dibuat sampai setebal mungkin. Film? Pastia ada beberapa yang di potong.
Teman : Toh kalo dilihat kan sebuah film merupakan sejarah. Ya pasti beda lah film dan buku.
Saya : Maksudnya, soegija dlm film lebih general ceritanya. Balik lagi sesuai si penggarap film deh sepertinya…
Teman : Nah yg km harus tau adalah ini. Buat teman2 yg sudah nonton SOEGIJA dan mungkin merasa seperti saya “kok film nya biasa saja dan kurang mengeksploitasi sosok soegija”, ini ada info penyebabnya : Soegija sama LSF dibabat abis beberapa adegan yg kontroversial, jadilah tuh film ngak jelas alur ceritanya. Cerita ttg kedekatan Bung Karno dgn uskup, hilang. Cerita ttg jugun ianfu, hilang. Cerita ttg para imam yg dibunuh, hilang. Cerita ttg apa yg sdh dilakukan Soegija di kancah politik luar negeri, juga hilang. Dan masih banyak lagi penggalan2 cerita yg penting dihilangkan LSF. Film aslinya 3 jam, di bioskop cuma jadi 1 jam 45 menit. Kenapa harus dihilangkan??
Saya : Well, itu nanti sesi wawancara dengan mas garin kali yaa… (Mulai bete nih)
Teman : Inget loh dibuku meskipun menceritakan biografi sosok soegija tapi pasti ada cerita mengenai apa yg dilakukan dirinya semasa hidupnya.
Saya : *emoticon senyum kecut*
Teman : Bukan hanya menceritakan kepribadian soegija doang kan. Yg penting gimana km bisa mengkritisi sebuah karya aja nanti pas wwc dengan penulisnya. Semoga mendapat kebenaran dari semuanya itu. Toh pembuat film akan meminta izin dulu dari seorang penulis buku.
Saya : yess!!! Tapi sejauh ini aku masih berkutat di buku nya mas, krn membawahi klub dengan minat buku dan menulis. jadi aku blm ada sesi wawancara dgn penggarap filmnya mas
Teman : Ngga semata” langsung membuat film, Karena. Penulis juga mempunyai andil saat karyanya akan dilayar lebarkan. Iya mksdnya pasti ada keterkaitan kenapa ceritanya dipotong di layar lebar. Gitu lhooo…
Saya : oh, iya deh. Semoga bisa diselipkan. (Melipir, senyum kecut, tanduk keluar).
dalam hati –> *Dia itu tahu gak sih mas Garin angkat fil Soegija dari bukunya siapa? Kan nanti malam saya mau ngobrol sama Ayu Utami dengan buku Soegija 100% Indoneseia. Capek deh…..*
____
Rumah, 17.6.12
11.59
Lho, film “Soegija” besutan Garin Nugroho memang tidak diangkat dari buku siapa-siapa. Bukunya Ayu Utami “Soegija 100% Indonesia” memang terbit berbarengan dengan rilis film itu dan barangkali memang ada kesamaan. Tapi Garin tidak membuat film berdasarkan buku siapa-siapa.
Salam kenal
Terima kasih untuk pencerahannya. Itu dikarenakan informasi saya yang kurang.
Salam Takzim.
Warm Regards,
Iyut Syfa | http://www.iiyyuutt.wordpress.com
@iiyyuutt | @KlubBuku | @nulisbuku | @TeaterKafe
Mobile : 08 77 88 583 683
Tidak juga begitu. Film ini ditulis berdasarkan buku yang ditulis Romo Banar tentang Soegija. Amartono, penulis skenario Soegija yang digarap Garin Nugroho, mengembangkan cerita dari apa yang ada di dalam buku ini. Isi buku ini catatan harian Soegija yang ditransliterasi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
saya belum nonton -peace love and calm- 😀
hahahaa… sama! aku baca bukunya doang… =D