Aku sudah menyiapkan diri untuk seketika kau ajak aku singgah kesana,
sebuah negeri biru yang kau ceritakan seringkali menjelang habis senja.
Katamu, kau akan bawaku kesana menyeberangi batas hitamku.
Katamu aku bisa bebas disana, bukan disini
yang hanya bisa melihat senja dari balik redup bayangan jingga.
Katamu kau pernah sedih melihatku ditelan kelam diam-diam.
Diterkam pekat erat-erat.
Katamu, aku harus menuju biru.
Negeri yang kau ceritakan itu ketika menjelang habis senja.
Entah mengapa, hatiku ragu seketika,
“Sepertinya ini sudah takdirku untuk tetap disini, meski hanya bisa melihat senja dari balik redup yang dibelakangi jingga.”, Kataku yang kemudian dipeluk malam pelan-pelan.